Konsisten untuk tidak konsisten. Merasa aneh dengan kalimat itu? Bagi Jordan Marzuki, tidak demikian. Ia kerap menelurkan karya yang tidak konsisten dalam berbagai bentuk, sampai ada banyak julukan bisa disematkan padanya.
Ia pernah dikenal sebagai figur di balik clothing line The Balletcats; lalu dalam kesempatan lain, ia juga disebut ilustrator. Belakangan, ia lekat dengan julukan sutradara. Karya film pendek seperti The Withering Jubilance dan Ini Jakarta, ia hasilkan. Bahkan, saat berbincang dengan The Crafters, ia menyebut tengah bergumul dengan produksi video musik grup band Scaller dan Elephant Kind.
Jordan sendiri tidak menolak jika disebut tidak konsisten. Ia bahkan mengakui hal itu. Menurutnya, inkonsistensi-nya tetap punya benang merah, yang mungkin samar terlihat oleh kebanyakan orang.
Saya masih tetap mengerjakan desain dan ilustrasi, dan kebetulan film juga salah satu bentuk komunikasi visual. Tadinya film, buat saya, hanya untuk hobi; dan biasanya juga tanpa narasi. Baru benar-benar belakangan ini saya mencoba mengeksplorasi script dan cerita.
Hahaha, mungkin. Karena saya memang suka melompat-lompat dalam bekerja. Jadi, tidak menutup kemungkinan, di masa depan saya malah ke performance art.
Karena, dari semua yang saya garap, ada benang merahnya. Mungkin, memang tidak terlihat secara langsung. Tapi dari film, ilustrasi, buku, sampai gaya desain, kalau benar-benar diamati dengan teliti, ada kok kesamaannya.
Seperti tadi saya bilang, semua ada di ranah komunikasi visual; dan konsep itu memang mencakup cara saya berpikir untuk mengeksekusi suatu ide atau pemikiran; melalui media yang saya suka atau kuasai.
Saya sendiri memang nerd, dari kecil. Sejak itu, saya suka menggambar di kertas, sampai membuat film berbasis 3D software untuk anak-anak. Jadi mungkin, saya lebih senang menganggap diri saya sebagai visual communication designer.
Saya selalu bekerja semaksimal mungkin, walaupun tidak diperhatikan, atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Karena, pada akhirnya, semua yang saya kerjakan adalah untuk memenuhi ego dan kepuasan saya sendiri. Saya juga tidak mau punya produk yang tidak saya banggakan nantinya.
Keep it slow, tapi jalan. Mencoba untuk tidak peduli dengan tren mungkin tidak baik, tapi juga tidak jelek. Yang jelas, saya tidak mau ada tekanan dalam menjalankan brand ini.
Seperti halnya bekerja, dalam menghasilkan sesuatu kan perlu proses panjang dan modal yang tidak sedikit. Jadi, untuk meraihnya saya tidak mau memaksakan brand awareness, yang mesti pakai influencer atau promosi segencar-gencarnya. Saya punya keyakinan, jika konten brand saya relevan, things will be alright.
Jika konten saya relevan, things will be alright.
Pertama, para desainer dan ilustrator pasti punya cara mereka masing-masing untuk beradaptasi dengan climate ini. Dan dari berbagai platform yang ada saat ini, saya pikir semua punya fungsi khas, dan menjawab kebutuhan penggunanya dengan cara unik. Jadi yang mesti dilakukan, mungkin, optimalkan kegunaannya untuk menunjukkan karya. Selain itu, presentasi itu sangat penting.
Project buku anak-anak berjudul Into the Unknown yang prosesnya lumayan panjang dan makan waktu; namun produk akhirnya sangat worth the effort. Hanya saja, buku itu sangat sulit dipasarkan. Bahkan sampai sekarang, masih mencari cara untuk menjual produk ini.
Regular
Italic
Bold
The rich text element allows you to create and format headings, paragraphs, blockquotes, images, and video all in one place instead of having to add and format them individually. Just double-click and easily create content.
A rich text element can be used with static or dynamic content. For static content, just drop it into any page and begin editing. For dynamic content, add a rich text field to any collection and then connect a rich text element to that field in the settings panel. Voila!
Headings, paragraphs, blockquotes, figures, images, and figure captions can all be styled after a class is added to the rich text element using the "When inside of" nested selector system.