Media sosial muncul bagaikan sebuah jendela baru. Pikirkan saja, betapa siapa pun yang hidup–sebut saja, 30 tahun lalu, bahkan mungkin tidak pernah bermimpi untuk memiliki sebuah “platform”–atau apa pun sebutannya untuk mengakses segala sesuatu dengan mudah, berbagi sesuatu, bahkan berkenalan dengan individu lain hanya lewat sebuah layar gawai. Maka terbukalah jendela itu, yang kemudian pelan-pelan mengajarkan kita tentang keberagaman, tentang cara menghargai pilihan-pilihan orang lain, yang mungkin tidak bisa langsung kita mengerti–tapi bukannya tidak bisa.
Di awal cerita, ada seorang anak yang sadar bahwa dirinya sedikit banyak berbeda dari orang lain. Bukan masalah benar atau salah, si anak mengikuti kata hatinya. Ketertarikannya dengan makeup, fashion dan lifestyle mengantarkannya ke sebuah keberanian untuk menunjukkan dirinya ke publik, lewat media sosial. Androgini, atau apa pun itu, rasanya hanya dia yang boleh memilih dan memutuskan.
Millen Cyrus adalah seorang influencer di media sosial Instagram yang memiliki lebih dari 400.000–bahkan nyaris setengah juta followers. Keberanian Millen untuk menunjukkan dirinya di media sosial mendapat banyak respon (tentu saja, positif dan negatif). Bagaimana tidak? Millen bukan saja seorang influencer, tapi ia juga dikenal sebagai salah satu keponakan dari seorang selebriti besar di tanah air.
Baca Juga: Lala Karmela: Selebriti Influencer yang Tetap Menjadi Diri Sendiri
Sering jadi pusat perhatian tidak membuat Millen menutup diri. Di umurnya yang ke-19 tahun ini, Millen memutuskan untuk lebih fokus ke hal-hal positif yang ada di dekatnya, termasuk caranya bekerja sebagai influencer. Ternyata, ia melakukan semuanya dengan mandiri. Sebagai influencer, ia mengatur sendiri semua jadwal, hal-hal teknis yang dibutuhkan untuk konten seperti editing foto (menggunakan Makeup Plus, VSCO, Unfold, Layout), caption hingga kurasi endorsement yang ditawarkan padanya.
Rasanya tidak adil, kalau kita cuma membaca hal-hal negatif (yang muncul di tampilan search engine) untuk orang yang berusaha menjalani hidup positif layaknya orang lain pada umumnya. Maka itu, Crafters bicara langsung dengan Millen yang hari itu mengenakan dress abu-abu dan jaket jeans kasual.
Dalam wawancara, ia banyak bicara santai tentang konten-konten Instagram-nya, pengalamannya sebagai seseorang yang mengalami banyak perubahan di hidup hingga caranya menanggapi kritik di media sosial.
Pertama kalinya, kalau enggak salah awalnya sih sekitar dua tahun lalu, aku mulai endorsement yang masih free. Belum dengan harga. Masih kayak… cuma terima barang aja pokoknya. Dan akhirnya, semakin ke sini, orang-orang banyak yang suka kontenku. Jadi kenapa enggak dilanjutin aja? Terus yaudah, akhirnya aku mulai mentarifkan endorsement aku dari yang awalnya harganya masih 50.000 sampai harga yang sekarang ini.
Aku sih pasti ngelewatin masa-masa saat followers dan likes masih sedikit, ya. Dulu juga ngalamin banget yang namanya followers banyak tapi likes-nya cuma sedikit. Nah, makin ke sini aku diajarin sama teman-teman aku dan ya, aku belajar. Mereka ngasih tahu cara bikin konten yang baik, gimana caranya dapat respon positif juga.
Aku lebih ke fashion dan makeup sih, tapi sebenarnya lebih ke makeup. Sampai aku bikin sebuah brand skincare sendiri sekarang ini.
Biasanya aku lihat dulu brief-nya, sesuai apa enggak sama aku. Baru kemudian aku jalanin aja. Aku pikirin bentuk postingan-nya dan peraturannya (kalau ada) dari klien. Kalau untuk caption, aku biasanya konsultasi dulu dengan kliennya. Takut kadang terlalu dramatis jadi aku sering minta contoh dari klien dulu. Biar sampai juga pesannya. Kalau dari aku sendiri takutnya malah enggak masuk akal.
Kadang ada revisinya yang ternyata enggak sesuai dengan aku. Atau misalnya, berubah di tengah, misalnya tiba-tiba minta looks yang berbeda dari yang di awal. Aku mengatasinya dengan mencoba untuk ganti-ganti dulu sebisa aku lewat trial and error. Yang penting tetap sesuai konten yang di brief oleh klien.
Aku lebih ingin menunjukkan soal jadilah diri sendiri, dengan memotivasi orang dengan kecantikan hati. Enggak cuma kecantikan muka aja, tapi positivity yang bisa aku bagikan ke orang lewat kontenku.
Aku tipe yang kalau dikritik oleh orang lain aku akan mendengarkan. Tapi, seperti yang kita dan aku sendiri tahu kalau aku ‘berbeda’, ya. Aku cenderung tidak peduli. Orang-orang biasanya akan terus meremehkan aku dan kemampuanku. Aku enggak peduli, yang penting aku bisa menghasilkan dan menyebarkan kebaikan ke orang lain.
Contoh, orang-orang selalu komentar soal cara aku berpakaian di feed Instagram dan kehidupan asli aku. “Di feed Millen bajunya alim-alim ya, di luar seksi banget, gini gini..” orang selalu bilang gitu. Padahal itu pilihan aku. Itu fashion aku. Kenyamanan aku tersendiri.
Baca Juga: Alexander Thian: Kegelisahan untuk Bercerita
Menurut aku berat, banyak pro dan kontra. Apalagi untuk show off ke keluarga dan publik, ya. Sangat sulit. Menurut aku, seseorang yang ‘berbeda’, untuk menunjukkan bahwa kita bisa memberikan prestasi, uang dengan cara kita sendiri itu enggak gampang. Apalagi bisa dibilang saat ini aku menguntungkan (secara finansial) diri aku sendiri. Aku memang awalnya tertutup dulu dari keluarga dan publik, dulu aku malu kalau dikatain.
Dari situ aku belajar, semakin aku lemah, semakin aku akan diinjak. Tapi semakin aku kuat, mereka yang akan lemah. Of course aku akan akan terus menjadi diri sendiri, seperti ini. Tetap akan menjadi Millen yang dikenal dan membuat konten positif bagi orang-orang.
Sekarang aku lagi sibuk dengan kolaborasi dengan pabrik di KL. Kedepannya aku berharap bisa menjadi brand ambassador mereka. Tapi lewat proses dulu. Dan sekarang paling dari event ke event aja. Alhamdulillah, aku mau coba kesempatan untuk bekerja sama dengan enggak hanya orang Indonesia aja. Makanya aku seneng banget.
Pasti. Itu sudah aku pikirin. Tapi memang belum dilakukan sih. Saat ini, sebenarnya aku punya management. Cuma management aku itu khusus untuk televisi aja. Tapi ya, sekarang televisi kan kadang pembayarannya lama. Jadi aku mendingan jadi influencer. Sekarang kan artis banyak ke influencer ya. Dan untuk akun pribadiku, aku yang urus semuanya sendiri.
Sekarang sih masih naik turun. Aku sih gini, kalau memang ada event yang mengundang, aku enggak keberatan dibayar berapapun. Yang penting untuk aku adalah networking. Karena untuk mendapatkan link dari social-networking itu susah banget dicari. Networking itu penting banget untuk aku.
Menjadi influencer yang dikenal banyak orang, aku ingin orang mengenal aku lebih banyak positifnya daripada negatifnya. Terus, aku bisa terus meng-influence orang menjadi orang yang lebih berani untuk jadi dirinya sendiri.
Influencer itu saing-saingan. Kadang ada yang namanya udah bagus, tapi orangnya terkesan kurang humble. Nah kalau aku, aku itu ngerasain semuanya, jadi aku enggak pernah mementingkan latar belakang atau apapun dari orang. Dan yang paling penting, kerjaan aku sebagai influencer bagus dan klien seneng bekerja sama dengan aku, menurut aku itu udah worth it.
Makeup itu aku belajar autodidak, lho. Cuma, kalau misalkan cari inspirasi, aku suka lihat Jeffree Star, Nikkie Tutorial, James Charles, mereka-mereka ini yang lewat YouTube menginspirasi aku. Mereka mengajarkan aku untuk berpikir “Hey, this is me, it’s who I am”.
Aku akan buat. Soon. Bentuk kontennya kayak daily vlog, challenge dan makeup. Di sini kan belum banyak yang bikin, apalagi yang kayak aku gini ya. Apalagi sekarang aku Alhamdulillah udah full support dari keluarga. Dulu aku selalu lari ke teman. Sekarang aku ke keluarga aku terus.
Untuk orang seperti aku, yang berbeda, adalah selalu menjadi diri sendiri, jangan terlalu pikirkan kata-kata orang lain, jangan terlalu diambil hati. Lebih menjadi orang yang ‘ya udahlah’, itu adalah pro dan kontra yang biasa terjadi kalau nama seseorang lagi naik. Kalaupun namamu suatu saat jatuh, kamu harus kuat.
Aku juga ingin menyampaikan buat orang yang enggak tahu aku (secara personal), mohon jangan besar-besarkan masalah yang enggak kalian mengerti. Dan apa yang enggak kalian tau tentang diriku, masalah keluarga atau apa pun jangan disangkutpautkan dengan Ashanty (tante dari Millen, seorang selebritas) atau siapapun lagi. Karena, aku dengan Bunda (Ashanty) udah baik-baik aja. Enggak ada apa-apa. Dan stop bully aku untuk masalah-masalah yang udah lewat. Kayak misalnya saat aku have fun sama temen-temen aku dan masuk akun gosip. Itu udah lewat. Tolong aku akan berusaha jadi diriku sendiri dan jadi influencer yang baik. Makanya, jadilah followers yang bijak juga.
Regular
Italic
Bold
The rich text element allows you to create and format headings, paragraphs, blockquotes, images, and video all in one place instead of having to add and format them individually. Just double-click and easily create content.
A rich text element can be used with static or dynamic content. For static content, just drop it into any page and begin editing. For dynamic content, add a rich text field to any collection and then connect a rich text element to that field in the settings panel. Voila!
Headings, paragraphs, blockquotes, figures, images, and figure captions can all be styled after a class is added to the rich text element using the "When inside of" nested selector system.