Regular
Italic
Bold
The rich text element allows you to create and format headings, paragraphs, blockquotes, images, and video all in one place instead of having to add and format them individually. Just double-click and easily create content.
A rich text element can be used with static or dynamic content. For static content, just drop it into any page and begin editing. For dynamic content, add a rich text field to any collection and then connect a rich text element to that field in the settings panel. Voila!
Headings, paragraphs, blockquotes, figures, images, and figure captions can all be styled after a class is added to the rich text element using the "When inside of" nested selector system.
Menulis kritik atau resensi film adalah sebuah laku observasi menyeluruh yang membutuhkan kejelian serta kepekaan seorang individu. Bagaimana kita membedah dan mendedah film yang akan kita tulis dari segi cerita, tampilan, ihwal teknis, makna, tujuan, hingga elemen historis. Hematnya, bagaimana mengelaborasi film tidak hanya sebagai produk komersial, melainkan sebagai produk multidimensional yang kaya akan muatan nilai, baik dalam kehidupan individual maupun sosial.
Yang perlu diingat, menulis kritik film bukan berarti menyuarakan apakah kita suka atau tidak, setuju atau tidak, terhadap sebuah film. Kritik tidak serta merta ditujukan untuk memberi nilai selayaknya ujian akhir semester. Lebih dari itu, kritik film merupakan bentuk apresiasi terhadap bentuk kesenian populer yang seyogianya lebih bersifat kualitatif. Dengan demikian, upaya memahami film sama halnya dengan upaya memahami hidup dalam skala dan intensitas yang lebih dalam.
Banyak hal yang bisa kamu petik dan pelajari lewat film. Hal-hal yang barangkali sulit kamu temukan dalam format lain. Kamu bisa mempelajari sejarah, ekonomi, perjuangan kelas sosial, ketimpangan ras dan gender, termasuk aspek-aspek humanisme lainnya. Bayangkan bagaimana kamu bisa menyimak dan menerka jerih payah seorang guru yang harus terjun ke pelosok dalam misi pendidikannya lewat Sokola Rimba (2013), atau bayangkan bagaimana kamu dapat menyikapi perbedaan latar belakang sosial lewat film Tanda Tanya (2011).