Ruang kerja terbuka di kini makin banyak tersedia, terutama di Jakarta. Itupun seperti belum cukup, mengingat saat ini juga tambah banyak anak-anak muda Indonesia yang membutuhkannya, terutama mereka yang bergelut di industri kreatif. Bentuknya beragam, seperti salah satu yang paling populer dikenal adalah co-working space.
Fasilitas di ruang semacam ini biasanya mumpuni dari segi fasilitas untuk mendukung pekerjaan. Tapi pengguna kini juga kerap membutuhkan tempat yang bisa dipakai lebih dari sekadar tempat kerja, namun juga bisa jadi tempat mereka memamerkan produk atau karya, bahkan mengadakan acara diskusi atau berbagai pengetahuan.
Itulah kenapa Jakarta Creative Hub (JCH) garapan Pemda DKI hadir. Space yang diresmikan pada Maret 2017 ini seperti angin segar untuk para entrepreneur muda atau para pelaku industri kreatif, hingga masyarakat pada umumnya, yang ingin mengembangkan kreativitas dan mulai berwirausaha.
Inisiatif ini berasal dari mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Jika biasanya kunjungan kerja pejabat pemerintahan ke luar negeri seringkali dikritisi publik karena dianggap “jalan-jalan pakai uang rakyat”, Ahok mematahkannya lewat inisiatif ini. Karena Jakarta Creative Hub tercatat hasil buah pikirannya setelah mengunjungi tempat serupa di Rotterdam, Belanda.
Begitu kembali ke Tanah Air, Ahok langsung merancang program ini, hingga kemudian terwujud dan diresmikan. Bahkan, Wali Kota Rotterdam Ahmed Aboutaleb sempat mengunjungi tempat ini, Juni kemarin, untuk melihat salah satu hasil kunjungan kerja Ahok ke kotanya.
Yuk, kita melihat lebih dekat Jakarta Creative Hub, lewat perbincangan The Crafters dengan Eka Prawira, Manager Operasional sekaligus Program Director di JCH.
Sebelumnya memastikan dulu, di Jakarta Creative Hub konsepnya bukan co-working space; tapi lebih ke penyediaan ruang dalam bentuk kelas-kelas. Ada tiga ruang yang tersedia dan bisa digunakan sebagai tempat workshop, seminar, ataupun pameran.
Lalu ada makerspace area, yang juga dibagi menjadi tiga: untuk fashion, woodworking, dan lab digital. Di area fashion misalnya, ada beberapa mesin jahit, mesin jahit kulit, mesin obras, penipis kulit, dan mesin gerber. Sementara di woodworking, ada peralatan perkayuan yang bisa dibilang sangat lengkap; bahkan ada beberapa mesin kategori high end seperti CNC router dan vacuum forming. Dan di lab digital tersedia unit komputer, mesin laser cutting, dan unit 3D printer.
Selain ruang-ruang kelas dan makerspace, ada pula co-office area berjumlah 12 ruang untuk startup yang potensial dan membutuhkannya. Kini, 12 ruang tersebut sudah penuh diisi 12 startup yang telah melalui seleksi ketat dari setidaknya 100 startup.
Mereka mendapatkan subsidi berupa ruang kantor dan akses ke fasilitas di makerspace. Subsidi ini berdurasi minimal 1 (satu) tahun, sehingga para startup lain yang belum mendapatkan kesempatan bisa mencoba mengikuti proses seleksi di kali berikutnya. Syaratnya, usaha rintisan yang didaftarkan berusia 6 (enam) bulan, sampai maksimal 3 (tiga) tahun.
Ada pula area kafe dan perpustakaan yang terbuka untuk umum. Siapapun boleh datang dan menggunakan fasilitas di area ini, untuk bekerja, meeting, sekadar membaca buku, ataupun bertemu dengan sesama pelaku industri kreatif lainnya.
Bidang arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, kriya, branding dan digital marketing, IoT, produksi hingga desain packaging.
Pelatihan di sini sangat beragam. Ada yang berbasis hard skill, khususnya yang menggunakan peralatan di makerspace, seperti yang diselenggarakan pihak Indoestri. Ada juga pelatihan berbasis soft skill yang menunjang pengembangan usaha kreatif, seperti public speaking workshop, marketing, perizinan usaha, dan sebagainya.
Bahkan ada pelatihan khusus untuk warga rusun, seperti yang diadakan pihak Dekranasda DKI Jakarta, yang tujuannya untuk menguatkan pemberdayaan warga rusun. Penyelenggara acara tidak selalu dari JCH atau pihak ketiga. Institusi ataupun individual yang berbasis di Jakarta bisa mendaftarkan diri sebagai rekan atau penyelenggara pelatihan di area JCH.
Untuk hal ini, saya tidak bisa menjawab, karena semua bergantung pada pemerintahan DKI Jakarta yang baru. Tapi saya berharap tempat ini bisa terus berjalan dengan misi sosial yang sama, dengan apa yang tercetuskan sejak awal tempat ini dibangun.
Para startup mendapatkan subsidi ruang kantor dan akses ke fasilitas selama satu tahun, lalu akan diseleksi lagi untuk periode berikutnya, biar startup lain juga dapat kesempatan.
Menurut saya yang sedang berkembang pesat adalah bidang desain produk. Kini makin banyak usaha kreatif Indonesia yang bisa menghasilkan produk berkualitas internasional, namun karena tidak tahu cara memasarkan produk itu, maka jadi banyak yang tenggelam di antara produk luar negeri, yang selalu dianggap jauh lebih baik.
Terkait hal itu, meledaknya perkembangan teknologi (khususnya digital) beberapa tahun belakangan ini, membuat banyak usaha kreatif di Indonesia memanfaatkan medium ini secara maksimal, untuk memperkenalkan produk mereka ke pasar dunia; dan akhirnya membuat sektor itu berkembang makin pesat.
Banyak juga sebetulnya, tapi salah satunya adalah keterbatasan peralatan dan media untuk mendukung usaha mereka; sehingga tak sedikit juga yang akhirnya malah mengurungkan niat untuk terus mengembangkan kreativitas mereka. Nah, semoga dengan adanya Jakarta Creative Hub ini, bisa membantu dan memicu perkembangan industri kreatif, mulai dari Jakarta, dan tentunya ke seluruh wilayah lainnya di Indonesia.
Iya, memang seperti sudah biasa kalau pelaku industri kreatif di Indonesia kurang dikenal warganya sendiri, jangankan untuk mempromosikan diri ke kota besar, tantangan lainnya adalah bersaing dengan pengaruh budaya luar yang juga besar. Untuk menghadapinya, salah satunya adalah dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi.
Dengan dukungan ekosistem teknologi yang mumpuni, para pelaku di luar kota besar jadi punya peluang lebih besar untuk memperkenalkan sampai memasarkan produknya. Tidak hanya ke pasar di kota besar di Indonesia, tapi bahkan sampai ke luar negeri.
Menurut saya, buat para anak muda yang ingin terjun ke industri kreatif, modal pentingnya adalah passion. Temukan passion dulu, karena kreativitas tidak akan muncul dan terlatih jika tidak didasari dengan passion yang kuat.
Pemerintah atau pihak lain bisa mulai menampung para pemuda kreatif dalam sebuah badan, di mana para pemuda kreatif bisa terus mengembangkan kreativitas mereka, jadi sebuah usaha yang akhirnya bisa memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak.
Model ini juga dipakai perusahaan-perusahaan raksasa seperti Google dan Facebook, di mana mereka menampung banyak pemuda kreatif untuk terus dikembangkan dan dibina project kreatifnya. Tentunya ada risiko, bahwa investasi itu mungkin tidak berbuah sesuatu; namun kita mesti optimis pasti ada di antaranya yang mungkin melahirkan produk fenomenal.
Regular
Italic
Bold
The rich text element allows you to create and format headings, paragraphs, blockquotes, images, and video all in one place instead of having to add and format them individually. Just double-click and easily create content.
A rich text element can be used with static or dynamic content. For static content, just drop it into any page and begin editing. For dynamic content, add a rich text field to any collection and then connect a rich text element to that field in the settings panel. Voila!
Headings, paragraphs, blockquotes, figures, images, and figure captions can all be styled after a class is added to the rich text element using the "When inside of" nested selector system.