We don't need fashion to survive, we just desire it so much.
Quote dari fashion designer Marc Jacobs di atas rasanya pas untuk menggambarkan apa yang dialami Dheniel Algamar, Managing Editor Fashion & Beauty Cosmopolitan Indonesia.
Kecintaannya pada dunia fashion membuat Dheniel tak pernah berpikir untuk meninggalkannya untuk meniti karier di bidang lain, meski sudah lebih dari sembilan tahun berkecimpung di dalamnya; rentang usia yang cukup lama untuk karier pada kategori khusus di media massa seperti majalah.
Sepanjang pengalamannya, ia mendapat kesempatan datang ke berbagai event fashion, baik di dalam maupun di luar negeri.
Dari situ ia sudah mewawancarai berbagai selebriti dan figur ternama, hingga memproduksi fashion spread di berbagai negara, sampai membuatnya cukup dikenal di kalangan jurnalis fashion Tanah Air.
Ikuti perbincangan The Crafters berikut ini, untuk mengenal lebih jauh sosok dan ceritanya:
Ketertarikan saya muncul karena hobi membaca majalah fashion. Maka itu, saat awal ada tawaran menjadi kontributor sebagai fashion stylist di sebuah majalah fitness, saya pun mencobanya. Setelah hampir satu tahun setelahnya, saya baru bekerja di majalah Cosmopolitan, dan makin dalam lagi menekuni bidang ini.
Saat mewawancarai Cate Blanchett di Singapura, saya tidak menyangka, kalau aktris ternama seperti dia ternyata sangat down to earth. Sama sekali tidak ada kesan sombong. Wawancara berjalan sangat lancar, bahkan saat saya minta untuk selfie bersama dia.
Lalu, event yang paling berkesan, tentunya Fashion Week, yang saya rasa memang mimpi setiap fashion reporter. Pada September 2015, saya dipercaya untuk meliput New York Fashion Week S/S 2016, dan itu tidak terlupakan. Apalagi, saat itu saya juga diundang ke gelaran prestisius Harper’s Bazaar di hotel The Plaza, dan mendapat kesempatan bertemu sejumlah model dan selebriti ternama.
Katy Perry jadi pengisi acara, dan sempat menyanyikan sejumlah lagu andalannya. Lalu ada juga Bella Hadid, dan saya beruntung bisa berfoto bersama.
Selain itu juga, saya sempat bertemu Victoria Beckham di event SKII, Singapore Fashion Week. Doutzen Kroes, Chiara Ferragni di Bazaar Icons Party, New York. Theo James dan Anna Ewers di acara Hugo Bos, juga di New York. Cesar Milan di Jakarta, dan Kim Woo-Bin di event Calvin Klein di Shanghai.
Salah satu tantangan kini adalah tuntutan untuk tidak hanya membuat artikel untuk dimuat sebulan sekali di majalah, tapi juga artikel yang bisa langsung publish untuk di website. Penyesuaian yang menantang di era digital adalah ketika harus membuat artikel yang relevan dan informatif, tapi juga singkat.
Karena, fashion itu sangat luas, tak sekadar tips padu padan. Dan menyajikan informasi secara mendalam (in-depth) kini justru seperti makin sulit dan menantang; terutama untuk menarik banyak pembaca.
Artikel fashion yang bagus, menurut saya, adalah artikel yang mudah untuk dibaca dan dipahami, tapi juga mampu memberikan informasi mendalam terkait topik fashion yang dibahas. Penggunaan kata-kata yang ringan dan pintar juga jadi elemen penting, agar artikel jadi enak untuk dibaca.
Pastikan selalu mencatat apa yang dirasakan saat berada di sebuah fashion show. Mulai dari ambience, siapa yang duduk di first row, bagaimana koleksi yang ditampilkan, detail apa yang terdapat pada koleksi, dan sebagainya.
Cobalah untuk mendeskripsikannya dalam kata-kata singkat untuk memudahkan kita mencatatnya, dan nantinya bisa membantu kita saat penulisan artikel. Lalu, secara teknis penulisan, pastikan Anda tahu siapa target pembaca Anda. Gunakan istilah fashion dalam bahasa Indonesia, apabila pembaca Anda tidak terlalu mengerti soal fashion.
Research is a must! Pastikan pertanyaan saat wawancara tidak sama dengan media lain. Selingi pertanyaan yang seru atau out of the box agar artikel wawancara lebih menarik untuk dibaca. Lalu, saat membuat artikel, pastikan alur wawancaranya pun enak untuk dibaca.
Saya suka visual, jadi buat saya, membuat fashion spread selalu menantang. Yang penting soal itu adalah menciptakan konsep (story board) berbeda, memilih model yang tepat, mencari lokasi yang sesuai, dan memastikan agar tiap frame enak dilihat dan berkesinambungan. Tak hanya itu, padu padan yang sesuai konsep juga jadi tantangan dan keseruan tersendiri saat membuat fashion spread.
Seksi! Akan selalu ada sentuhan seksi dalam padu padan yang saya lakukan. Namun, arti seksi tak melulu soal busana terbuka. Seksi juga bisa terlihat dari riasan, attitude, dan lainnya.
Saya pikir, printed publication, terutama yang sudah ternama masih bisa bertahan. Tapi memang, business model baru harus diterapkan, dan fokus mengolah kombinasi media majalah dengan digital yang tepat.
Terkait iklan, tiap label fashion punya cara masing-masing soal marketing, dan sejauh ini berbagai label itu masih percaya dengan pemasaran lewat iklan di majalah. Medium ini kan punya segmen pembacanya sendiri, jadi label fashion yang punya target sama pasti masih beriklan di majalah.
Kalau dari saya sendiri, pada dasarnya saya senang dengan dunia fashion dan media, apa pun formatnya. Jadi saat ini juga saya sedang menekuni dunia digital, agar lebih siap saat nanti harus shifting sepenuhnya ke media digital.
Menurut saya, entah itu fashion blogger, influencer, atau content creator di media sosial, harus punya ciri khas, berani berpendapat, dan bisa memberikan informasi yang positif dan membangun untuk para followers-nya.
Saat ini, saya sangat mengagumi Demna Gvasalia, Head Designer untuk label Vetements, sekaligus juga Creative Director Balenciaga.
Menurut saya, dia berhasil membawa napas baru di dunia fashion. Desain dan ide-idenya beda dan unik. Bahkan beberapa koleksi yang ia hasilkan begitu kontroversial dan bisa jadi perbincangan di dunia mode, tapi tetap diburu. Demna berhasil membuat street style fashion menjadi high end fashion.
Perbanyaklah membaca! Baca majalah fashion, buku atau apa pun terkait fashion. Kemudian, berlatihlah bercerita, dengan cara menulis.
Banyak penulis berkualitas seperti Dheniel Algamar yang telah bergabung di GetCraft untuk menawarkan jasa penulisan dan editing untuk para klien di seluruh Indonesia. Ingin tahu penulis mana saja yang sudah gabung? Yuk lihat di sini!
Regular
Italic
Bold
The rich text element allows you to create and format headings, paragraphs, blockquotes, images, and video all in one place instead of having to add and format them individually. Just double-click and easily create content.
A rich text element can be used with static or dynamic content. For static content, just drop it into any page and begin editing. For dynamic content, add a rich text field to any collection and then connect a rich text element to that field in the settings panel. Voila!
Headings, paragraphs, blockquotes, figures, images, and figure captions can all be styled after a class is added to the rich text element using the "When inside of" nested selector system.